Saturday, September 6, 2014

Guru ini bikin perpustakaan keledai yang antar ilmu ke desa-desa

Keterbatasan sumber daya memang tak seharusnya menghalangi seseorang dalam meraih ilmu. Barangkali itulah yang ada dalam pikiran Luis Soriano, seorang guru sekolah dasar di La Gloria, Kolombia hingga ia mendirikan perpustakaan tak biasa yang diberi nama Biblioburro.
Konsep perpustakaan yang satu ini adalah mengantarkan sumber bacaan kepada pembaca melalui keledai. Ya, benar, keledai. Menyaksikan besarnya pengaruh membaca kepada murid-muridnya yang kebanyakan menjalani hidup susah sejak usia dini, Soriano pun memutuskan anak-anak itu harus bisa mendapat akses terhadap buku. Dan karena daerah tempatnya mengajar memiliki infrastruktur yang tidak memadai akibatnya anak-anak tidak punya akses terhadap berbagai bacaan. Karena itulah Soriano memutuskan untuk membawakan buku-buku kepada anak-anak tersebut.
 Dalam menjalankan program Biblioburro seperti dilaporkan Lit Reactor, Soriano dibantu oleh kedua keledai miliknya, Alfa dan Beto. Biasanya sebelum berangkat pak guru ini memenuhi kantong pelana yang disampirkan di punggung Alfa dan Beto dengan buku kemudian ia melakukan perjalanan hingga empat jam untuk mengunjungi anak-anak di desa-desa sekitar. Kalau guru-guru pada umumnya berangkat bekerja dengan mengenakan seragam rapi, pria periang yang satu ini justru mengenakan pakaian santai dan sebuah topi lebar untuk melindungi kepalanya dari sengatan matahari selama perjalanan.
 Sesampainya di tempat tujuan, Soriano lantas membongkar buku bawaannya dari kotak bercat warna-warni di punggung Alfa dan Beto. Selain meminjamkan koleksi bukunya, Soriano juga membacakan buku kepada anak-anak. Ia bahkan membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.
Kepada CNN Soriano mengatakan kalau ia mendapatkan ide perpustakaan keledai tersebut pada tahun 1990. Dengan sikap merendah, pak guru ini berkata kalau sebenarnya ia hanya ingin mengaryakan keledai-keledainya yang menganggur di rumah. Soriano sendiri seperti dilaporkan The New York Times sebenarnya mengantongi ijazah sarjana di bidang literatur Bahasa Spanyol. Dengan gelarnya itu ia bisa saja mengajar di sekolah. Tetapi Soriano lebih memilih mengajar dengan cara seperti yang ia lakukan sekarang ini. Barangkali ia ingin agar anak-anak di desanya mendapatkan kesempatan yang sama seperti dia dulu. Sebab Soriano berhasil mendapatkan gelar sarjananya berkat seorang dosen yang mengunjungi desanya dua kali sebulan untuk mengajar.
Awalnya Biblioburro dimulai dengan koleksi buku tak lebih dari 70 buah. Tetapi sejak Soriano menulis surat kepada Juan Gossain, seorang jurnalis dan penulis agar bersedia menyumbangkan satu eksemplar novelnya untuk koleksi Biblioburro. Terkesan dengan upaya Soriano, Gossain pun menceritakan kegiatan pak guru satu ini di program yang dipandunya di sebuah radio. Sejak itu sumbangan buku untuk Biblioburro terus berdatangan hingga koleksinya mencapai ribuan buku.
Banyak anak-anak dan orang tua yang merasa berterima kasih atas usaha Soriano dalam pendidikan di desa-desa terpencil. Berkat dedikasinya sejauh ini sekitar 4.000 anak di daerahnya jadi melek huruf. Ia bahkan sempat mengalami kecelakaan saat berkeliling dengan perpustakaan keledainya tahun 2012 lalu, hingga salah satu kakinya harus diamputasi. Tetapi begitu kondisinya membaik Soriano kembali meneruskan program Biblioburro. Perbuatan yang mulia, bukan?
posted by,

No comments:

Post a Comment