Wednesday, September 10, 2014

Kisah Hidup Norman Pelajaran Berharga Bagi Anggota Polri






Kisah Hidup Norman Pelajaran Berharga Bagi Anggota Polri - Nama Briptu Norman Kamaru beberapa tahun lalu tiba-tiba jadi tenar gara-gara video menirukan joget dan lagu India berjudul 'Caiya Caiya' di Youtube. Belakangan setelah keluar dari Polri, namanya redup dan kini hidupnya sederhana dengan membuka warung membiayai hidup keluarganya.

"Kisah hidup norman merupakan pelajaran sangat berharga bagi anggota Polri. Jangan sampai ada yang mengulangi kesalahan seperti itu lagi sebab di kemudian hari akan menyesal dan rugi sendiri," ujar pengamat kepolisian dan militer Aqua Dwipayana, Selasa (9/9/2014).

Ketika Norman ramai diberitakan di berbagai media karena perilakunya yang menyanyi 'Caiya Caiya' Youtube ditonton banyak orang, Aqua sempat mengingatkan pimpinan Polri agar tidak menjadikan Norman sebagai ikon Polri. Hal itu sama sekali tidak menguntungkan bagi Polri.

Bahkan saat itu beberapa perwira tinggi di Polri berkomuniasi dengan dirinya mengenai hal tersebut. Mereka menyampaikan ketidaksetujuannya atas perilaku tersebut dan malah ada yang menyarankan agar Norman diberi sanksi sesuai dengan kesalahannya.

"Menyanyi, tidur, dan berbagai aktivitas lainnya adalah hak setiap orang. Namun kalau itu dilakukan saat sedang tugas jaga adalah pelanggaran karena tidak disiplin. Untuk itu pelakunya harus dihukum. Jadi yang dilakukan Norman adalah pelanggaran dalam bertugas," kata beberapa jenderal ketika itu seperti dikutip Aqua.

Waktu itu Norman sengaja 'dijual' ke berbagai televisi swasta untuk tampil dengan lagu India yang merupakan favoritnya 'Caiya Caiya' lengkap dengan jogetnya. Sehingga selama berminggu-minggu meninggalkan tugas pokoknya sebagai anggota Brimob Polda Gorontalo.

Ironisnya waktu itu Norman lengkap dengan pakaian Brimobnya tampil di salah satu acara komedi di salah satu televisi swasta. Pembawa acaranya mengolok-oloknya. Secara tidak langsung itu sama dengan mengolok-olok atau merendahkan institusi Polri tempat Norman bekerja ketika itu. Norman hadir dengan pakaian dinas yang merupakan simbol-simbol tempatnya bekerja.

Norman menurutnya mengalami kekagetan, dari semula hanya orang biasa dan tidak banyak dikenal orang di luar Brimob Polda Gorontalo, tiba-tiba jadi terkenal secara nasional. Penghasilannya juga bertambah tidak hanya dari anggota Polri.

Begitu merasakan nikmat dan besarnya rejeki yang diperoleh di luar anggota Polri, perilaku Norman jadi aneh yakni diam-diam tanpa persetujuan komandannya, meninggalkan tugas ke Jakarta untuk syuting di televisi swasta. Akibatnya divisi Propam Polda Gorontalo menangkapnya karena dianggap desersi.

Belakangan karena merasa akan lebih berkembang di luar Polri, Norman memutuskan untuk mengundurkan diri. Keputusan itu diambil daripada dirinya mengalami Pemutusan Tidak Dengan Hormat (PTDH) karena berkali-kali melakukan pelanggaran dengan meninggalkan tugas.

Ternyata keputusannya salah besar. "Waktu itu Norman begitu percaya diri sehingga mengambil keputusan tersebut. Dia tidak tahu atau lupa bahwa banyak orang tertarik dengan perilakunya yang dimuat di Youtube karena memakai seragam Polri. Jika pakaiannya sipil, dianggap biasa-biasa saja. Jadi daya tariknya adalah karena dia anggota Polri," kata anggota Tim Pakar Seleksi Menteri detikcom ini.

Begitu Norman tidak jadi anggota Polri, apapun yang dilakukannya dianggap biasa-biasa saja. Pengalamannya yang sangat minim apalagi sebelumnya besar di daerah yakni Gorontalo membuat dia sulit bersaing di ibu kota Jakarta dengan artis-artis lainnya yang jauh lebih berbakat dan cerdas dibanding dirinya.

Norman pun kalah bersaing. Di sisi lain dirinya tidak punya penghasilan tetap seperti yang dirasakannya saat jadi anggota Polri. Sedangkan tanggungannya bertambah sebab sudah menikah dan memiliki seorang anak. Sehingga dia harus realistis menyikapi hidup ini dengan membuka warung sederhana warungnya di Tower H Kalibata City, Jakarta Selatan.

Norman sudah 3 bulan ini menyambung hidup dengan membuka warung makan sederhana. Warungnya hanya berukuran 3,5x4 meter persegi. Di situlah ia sehari-hari melayani pelanggannya membeli berbagai masakan khas Manado, terutama bubur Manado.

"Kisah Norman tersebut hendaknya jadi pelajaran berharga, dapat menyadarkan para anggota Polri, dan anggota masyarakat dari institusi lainnya agar menjalani hidup ini dengan berproses. Tidak instant seperti yang dilakukan Norman. Akibatnya cepat naiknya tapi turunnya juga cepat sekali," kata kandidat doktor Komunikasi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung ini.

Posted by ;

bit.ly/12oy4L

No comments:

Post a Comment